Oleh: ikanbijak | Januari 30, 2016

Mau Jadi Penulis, Harus Banyak Membaca

IMG_6127Sadarkah kita, pada dasarnya kita adalah penulis ? Betapa tidak, sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) atau bahkan Taman Kanak-Kanak (TK), kita telah dikenalkan dunia tulis-menulis. Oleh karenanya, tidak ada alasan kalau kita tidak bisa menulis. Namun demikian, meski kegiatan tulis-menulis sudah dikenalkan sejak dini, selalu saja ada keluhan bahwa ”menulis itu susah”.

Ironisnya, keluh-kesah seperti itu terlontar juga dari seorang mahasiswa pascasarjana, yang notabene telah berkecimpung dengan dunia tulis-menulis (baca: pendidikan) selama 16 tahun lebih (SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, S1 sekitar 4 tahun). Keluh-kesah tersebut terlontar ketika mereka melihat beberapa tulisan saya yang dimuat di beberapa media cetak, khususnya koran Pikiran Rakyat. Pertanyaan mereka waktu itu, ”Kok bisa sih tulisannya dimuat Pikiran Rakyat, bagaimana caranya?” Sejak saat itulah saya didaulat untuk mengajarkan penulisan artikel opini di lingkungan mahasiswa pascasarjana, khususnya teman-teman sekelas. Benarkah menulis itu susah?

Memang, bagi penulis pemula, menulis itu ”gampang-gampang susah”. Dikatakan gampang, karena kita selalu melakukan aktivitas menulis sebagaimana yang saya paparkan diatas. Sewaktu SD, sebagian diantara kita adalah penulis catatan harian (diary), puisi dan lain sebagainya. Begitu juga ketika di SMP-SMA, beberapa diantara kita adalah penulis Majalah Dinding (Mading), tugas-tugas laporan hingga karya ilmiah. Sementara dikatakan susah, penulis pemula akan dihadapkan pada bagaimana susahnya menuliskan kalimat pertama. Lebih dari itu, ketika sedang enak-enaknya menulis, ditengah jalan dihadapkan pada writer block, dimana penulis mengalami kebuntuan mau menulis apa lagi.

Namun demikian, menjadi penulis banyak sekali manfaatnya, yang oleh penulis jadikan sebagai motivasi untuk terus menulis. Motivasi inilah yang akan menjadi penyemangat dikala kita dihadapkan pada berbagai belenggu menulis. Adapun beberapa motivasi saya menjadi penulis diantaranya yaitu: menambah pengetahuan, berbagi informasi, ungkapan peraan hati dan pikiran, melatih pola pikir lebih sistematis, sumber pendapatan, dan popularitas.

 

Menambah Pengetahuan (Knowledge)

Ketika saya akan memulai menjadi penulis, guru saya langsung bertanya, sudah berapa buku yang kamu baca? Awalnya saya bingung, apakah ada hubungan antara menulis dan membaca. Setelah itu beliau langsung meminjamkan beberapa bukunya dalam rangka meningkatkan tabungan kosakata saya. Hal ini dikarenakan, menulis adalah saudara kandung membaca, sehingga seorang penulis senantiasa akan selalu membutuhkan bahan bacaan atau literatur. Dalam menjawab rasa penasaran dan permasalahan, tentu dibutuhkan sumber bacaan. Interaksi dengan bahan bacaan inilah yang akan menambah pengetahuan seorang penulis. Lebih dari itu, banyaknya kosakata yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi kualitas suatu tulisan. Untuk memperkaya pengetahuan, sekarang penerbit berkualitas, salah satunya www.StilettoBook.com, yang merupakan Penerbit Buku Perempuan.

 

Berbagi Informasi (Sharing)

Ketika saya mengikuti pelatihan menulis, tiba-tiba keluar penyataan yang menggelitik, disebutkan bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang tanpa dibagikan kepada orang lain, khususnya melalui sebuah tulisan adalah ”mansturbasi intelektual”. Artinya, pengetahuan tersebut hanya dinikmati sendirian atau dirinyalah yang tahu. Oleh karena itu, dalam rangka berbagi informasi itulah saya mendeklarasikan diri, bahwa saya harus menjadi penulis, karena dengan tulisanlah saya bisa berbagi ilmu pengetahuan dengan masyarakat luas.

 

Ungkapan Perasaan Hati dan Pikiran (Self Expression)

Menulis adalah kegiatan mencurahkan perasaan atau pikiran, sehingga dapat dikatakan bahwa menulis adalah proses melepaskan unek-unek yang mengendap dalam hati atau pikiran kita. Setidaknya itulah yang saya rasakan, ketika masih aktif di beberapa organisasi kampus, saya diposisikan sebagai pembuat pamflet dan opini publik yang disebar ketika aksi demonstrasi berlangsung. Kepuasaan saya waktu itu adalah, tersampaikannya perasaan dan pikiran dalam memperjuangkan hak-hak yang terabaikan.

 

Melatih Pola Pikir Lebih Sistematis

Pernahkah kalian dipusingkan oleh narasumber atau pembicara pada suatu seminar yang kalimatnya loncat-loncat atau susah untuk dipahami ? Kalau pernah, berarti kalian berhadapan dengan salah seorang bukan penulis. Mengingat, penulis yang baik, bahasa dan pola pikirnya akan tertata secara sistematis. Pola pikir sistematis akan terlatih dalam proses menulis. Hal ini dikarenakan, ketika kita menulis, kita memiliki kesempatan mengedit tulisan yang loncat-loncat atau berantakan menjadi tulisan yang mudah dipahami.

 

Sumber Pendapatan (income)

Dibandingkan dengan profesi lainnya, penulis belum dianggap sebagai profesi yang menjanjikan. Hal ini dikarenakan, seorang penulis tidak bisa meraup uang banyak dalam jangka waktu yang singkat. Selain itu, kurangnya minat menjadi penulis disebabkan oleh rendahnya penghargaan terhadap profesi ini. Namun demikian, seiring dengan bermunculannya penulis yang kaya mendadak seperti Andrea Hirata dan Habiburahman El Shirazy, kelas-kelas atau sekolah-sekolah menulis di berbagai daerah semakin dipenuhi oleh calon penulis.

Sementara itu, honor tulisan dari media cetak tidak bisa dinafikan. Hal ini dikarenakan, honor menulis di media cetak mampu membantu saya lulus sarjana (S1) dan magister (S2). Bisa dibayangkan, apabila satu artikel opini dihargai Rp 250.000 – Rp 300.000, maka dalam satu bulan dimuat 10 artikel, kita sudah mendapatkan Rp 2.500.000 – Rp 3.000.000. Setidaknya pengalaman itulah yang saya rasakan dari honor menulis di media cetak. Bahkan, apabila kita diminta menulis oleh salah satu redaktur karena ada momen tertentu, maka tidak jarang media cetak tersebut mengganjar kita dengan harga Rp 500.000 – Rp 1 juta untuk satu artikel. Enak bukan menjadi seorang penulis

 

Popularitas (Personal Branding)

Benarkah menulis mampu menjadikan seseorang menjadi populer ? Jawabannya iya, karena tulisan yang dimuat di media cetak merupakan media promosi diri atau membangun citra diri (self image). Dalam jangka panjang, mau tidak mau penulis tersebut akan semakin terkenal. Sebagai seorang penulis, keuntungan popularitas adalah akan mempermudah penerbitan karya-karyanya dikemudian hari. Bahkan, tidak jarang penerbit akan menyodorkan kontrak eksklusif. Goenawan Mohamad misalnya, tulisan ”Catatan Pinggirannya” selalu menghiasi kolom belakang pada Majalah Tempo.

Selain itu, popularitas akan memberikan keuntungan lanjutan bagi penulis dalam mendapatkan penghasilan tambahan. Hal ini diperoleh dari undangan menjadi narasumber pada sebuah seminar, pelatihan, konsultan, dan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan keahliannya.

Motivasi yang telah dipaparkan diatas adalah yang saya alami, bagaimana dengan kalian ? Silahkan cari sendiri, motivasi apakah yang sekiranya menjadikan kalian sebagai penulis hebat. Mengingat, setiap pribadi memiliki cita-cita dan motivasinya sendiri-sendiri. Namun kunci utama menulis, adalah seberapa banyak kita telah membaca buku atau sumber bacaan lainnya. Marilah mulai dengan membaca, karena membaca adalah langkah awal untuk menjadi seorang penulis.

index

 


Tinggalkan komentar

Kategori